**********************************
Aku bukanlah bintang yang menerangi gelap malam. Dan  bukanlah daun kering yang berserak ditiup angin. Aku adalah seorang pengembara  yang  sedang menyusuri dan mencari  pelangi di balik kabut hitam. Yang  ingin  kujumpai di hujung  har apan ku  adalah  lantera jiwa. Obor  kehidupan yang  menerangi setiap langkahku. Aku  adalah tarikan nafas lautan.  Aku adalah airmata langit. Aku adalah senyuman  bumi. Begitu juga cinta,  adalah tarikan  nafas dari lautan perasaan, airmata  langit dan  senyuman dari bumi sang  jiwa. Setiap kali aku letih melangkah, aku berhenti sejenak untuk  sekadar  mencium harummu. Kusandarkan  tubuh ini dan kuselimuti diriku  dengan  senandung merdu. Senandung  yang  juga dinyanyikan oleh sungai  dan  hutan. Saat jiwaku lapar,  kusinggahi  rumah di setiap jalan  yang ku lalui.  Kuketuk rumah-rumah  mereka dengan  loceng-loceng  kehidupan . Aku hendak  menyemaikan benih bunga jiwa yang  akan membawa  impianku sampai ke  langit dan kuyakini langit akan memberikan apa yang dinamakan cinta. Tetapi yang kudapati rumah- rumah itu  telah terisi sepasang jiwa yang  sejatinya-ingin kucari. Aku  tak ingin  memadamkan lentera  hati yang ada  dalam sangkar sepasang  merpati putih  kerana kutahu kecantikan akan bersinar lebih terang dalam  hati orang yang  merindukannya berbanding mata yang  melihatnya. Kucuba rentangkan  kembali sayap  patahku, kembali  kuterbang lalu menghilang di balik  awan.  Kutinggalkan tanda mata berupa titis darah dari setiap daun pintu yang kubuka. Sebagai tanda bahawa  aku -si  jiwa kesepian- pernah hadir di sini. Jiwa  yang menghembuskan nafas kerinduan. Jiwa yang  menyenandungkan  kebahagiaan  dan nestapa cinta. Si  pembawa karung kasih bernama harapan. Dan kuketahui cinta telah  memperlakukan aku seperti  matahari  yang menghidupi dan  mematikan  padang-padang dengan panas  teriknya. Jiwa menasihatiku dan mengungkapkan kepadaku bahawa cinta tidak hanya  menghargai  orang yang mencintai  tetapi juga orang yang  dicintai. Sejak  saat itu, bagiku cinta ibarat jaring  labah-labah di  antara dua bunga yang  dekat satu sama lain. Cinta menjadi  lingkaran cahaya yang tanpa awal dan  tanpa akhir. Wahai sukma agung yang  terdiam  bisu, dalam keheningan malam aku mendengar suaranya yang amat merdu. Ketika aku mahu menutup  mata ini, masih kurasakan sentuhan jemarinya yang lembut di  bibir ku. Masih teringat ketika kami berada di taman, kami duduk di atas sebuah  batu sambil menatap cakerawala yang  jauh.  Dia menunjukkan padaku  sudut langit  yang berwarna keemasan  dan  menyedarkanku akan  merdunya  senandung burung-burung  sebelum  mereka tidur di malam  hari. Dialah  kekasih khayalku yang selalu menemaniku ke manaku pergi. Prasasti  jiwaku bersaksi dan  berkata : " Kegelapan bisa  menyembunyikan  pepohonan dan bunga-bungaan  dari  pandangan mata. Tetapi  kegelapan  tidak dapat menyembunyikan  dirinya  dari jiwaku. Wahai alam  raya, dunia  para penyair yang bermahkota  duri! Aku terlahir dari dunia yang hilang dan  dalam ketersendirian  kuciptakan  kekasih khayalan untuk pasangan  jiwaku. Aku tertawa untuk diriku  atas  kemalangan jiwaku. Apakah  aku telah  kehilangan bentuk-bentuk  kehidupan  sehingga aku merasa  lebih baik  melihat dan mendengar  dalam alam  impian? Di keheningan malam yang  dingin, kulepaskan jiwaku agar  bisa  menari-nari di awan dan  kubiarkan pula jiwaku bermandikan seribu  bintang. Aku bermimipi! Lalu kutemukan diriku di  dalam  sebuah perahu kecil , terapung-  apung di samudera luas tanpa batas.  Tiba- tiba aku memandang ke atas dan  melihat kekasih hidupku berada sangat dekat di atasku. Aku bersorak  kegirangan, membentangkan  tanganku  dan berteriak: "Mengapa engkau  meninggalkan aku kekasih? Ke  mana  saja engkau selama ini?  Dekatlah  kepadaku dan jangan pernah lari meninggalkan aku sendirian!" Tetapi  dia tidak bergerak. Di  wajahnya kulihat  tanda-tanda  kesedihan dan kesakitan  yang tak pernah aku lihat sebelumnya.  Dengan suara lembut dan lirih dia  berkata: "Aku  datang dari kedalaman  samudera untuk melihatmu sekali lagi.  Aku  ingin melihatmu tersenyum untuk  terakhir kali! Kembalilah ke  duniamu  dan lupakanlah aku! Ku  mohon,  lupakanlah aku!" Kulihat dia  menutup  wajah cantiknya yang  berderaikan  airmata darah. Setelah  mengucapkan  kata-kata itu, dia  menghilang ke dalam  gumpalan kabut yang tiba- tiba datang. Aku berteriak sekeras-kerasnya  dengan  hati kalut aku  memanggilnya ke segala arah. "Aku mencintaimu. Jangan tinggalkan aku!" Aku menatap  nanar ke segala penjuru tetapi yang nampak  hanya rintik-rintik hujan, kerlip bintang  yang bertemankan untaian cahaya lembut sinar rembulan. Kekasihku,  kapan kucuba untuk  mendekatimu  lewat ucapan  sebagai peribadi yang  utuh tetapi engkau  selalu menjauh  dariku dan sulit kugapai. Tetapi apapun yang  terjadi aku senang bersamamu. kerana engkau adalah sebuah menara kekuatan! Aku tak tahu apa yang  harus  kulakukan hari ini tanpa engkau.  Walau aku harus mandi dalam  kobaran api,  denganmu aku merasa sangat terlindung dan terjaga. Aku kembali ke  tempat  peraduanku, jiwaku merintih.  Aku  seperti berada di perahu yang  ganjil! Perahu yang mudah goyah  disapu ombak dan badai. Lalu kulihat  jasadku terkapar di  tepi pantai. Kulihat  sekelompok gagak mengelilingiku,  menantiku dengan sabar lepasnya roh  dari ragaku! Jiwaku memelas melihat  jasad  yang tak berdaya di depannya kemudian dengan perlahan-lahan aku meninggalkannya. Dan kulihat  juga di  sana, kulihat kekasihku jiwaku sedang terpasung dan didera darah  menitis dari kaki dan tangannya dan jatuh  menimpa bunga-bunga yang ada  di bawahnya.  Janganlah menangis kekasihku,  cinta  tercipta untuk membuat  mata-mata kita menjadikan kita pelayarannya  agar kita  mendapat anugerah kekuatan dan  ketabahan. Hentikan  airmatamu kerana  kita telah  mengangkat sumpah. Laluku  berkata: "Ketika aku berdiri  bagaikan  sebuah cermin jernih di hadapanmu,  kamu memandang ke  dalam diriku dan  melihat  bayanganmu. Kemudian kamu  berkata: "Aku  cinta kamu." Tetapi  sebenarnya kamu mencintai dirimu  dalam diriku. "Wahai kekasih hati!  Hanya  dengan cinta yang indah kita dapat bertahan terhadap derita  kemiskinan,  pahitnya kesedihan dan  duka  perpisahan. Aku tak punya pilihan  lain kecuali  berjuang setiap hari sampai kutemukan harta yang layak kuserahkan padamu. Harta untuk membantu kita dalam mengharungi penziarahan hidup kita. Ketika  tangan  kehidupan terasa berat dan malam tak berirama, inilah saatnya untuk  cinta  dan kepercayaan. Dan betapa menjadi ringannya tangan kehidupan dan betapa berirama malam ketika  seseorang  mencintai dan  mempercayainya.  Cinta adalah cahaya  ghaib yang  dipancarkan dari inti yang membakar jiwa dan menyinari  sekeliling bumi.  Sehingga  memungkinkan kami  merasa hidup  laksana mimpi indah di antara keterjagaan yang satu dengan  keterjagaan yang lain. Wahai kekasih,  walau ragaku telah menyatu dengan  tanah, aku akan sentiasa mengingat  cinta  pertamaku. Dan aku akan menggapai kembali saat-saat yang  ganjil itu. Ingatan  yang mengubah  dasar perasaanku  dan membuatku  sedemikian gembira  meskipun  kegetiran terasa dalam  misteri. Ia akan  terus hidup laksana  seorang tawanan  cinta di seberang laut di mana ia  dikebumikan. Cinta  adalah sesuatu  yang dapat  kuperoleh serta tak seorang pun yang dapat  melenyapkannya  dariku.  Hubungan antara kau dan aku  merupakan hal paling  indah dalam  hidupku. Sesuatu  yang paling  mengesankan yang pernah  kuketahui  dalam hidup dan akan  selalu aku  kenang.
#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar